Senin, 02 Juli 2012

NOVEL "GERBONG KEHIDUPAN"





Gerbong Kehidupan adalah kisah anak-anak yang mengais rezeki di gerbong kereta. Anak manusia terpinggirkan yang dengan susah payah berusaha menggapai harapan dan cita.

*****

“Mengapa mutiara begitu berharga?” tanyanya kepada anak-anak.
Ia menjelaskan bahwa kerang mutiara jauh lebih berharga dari kerang lainnya, karena telah diuji dengan suatu peristiwa yang menyakitkan.  Sebutir pasir masuk ke dalam cangkangnya.  Pasir itu terasa begitu menyakitkan baginya, membuat kerang mutiara itu menangis.  Ia mengeluarkan cairan yang terus membalut pasir agar tidak terasa sakit.  Setelah sekian lama, pasir itu tidak lagi terasa menyakitkan.  Hasil dari balutan cairan yang mengeras itu adalah mutiara yang berkilauan.  Mutiara yang berharga, yang nilainya bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.  Bandingkan dengan kerang hijau yang tidak pernah diuji dengan pasir yang menyakitkan.  Ia tetap menjadi kerang yang tidak menghasilkan apa-apa kecuali dagingnya yang kecil dan teramat murah.  Begitu juga dengan manusia.  Dengan ujian yang datang bertubi-tubi sesungguhnya Allah hendak menghendaki seseorang yang sabar itu menjadi berharga, bagai mutiara yang berkilauan.

“Nak, kalian adalah manusia pilihan Allah.  Kalian diberi ujian hidup agar menjadi mutiara yang berharga.  Bekerja keraslah dan berusahalah.  Lihat sekelilingmu,  kebanyakan anak usiamu hanya bisa meminta kepada orang tuanya.  Tapi kalian sudah bekerja keras, berdiri di atas kaki kalian sendiri.  Kalau kalian ikhlas, maka kedudukan kalian begitu mulia di hadapan Allah.”  Anak-anak terdiam mendengarkan uraian itu, samar-samar terdengar isakan tertahan.

“Gapailah cita-citamu yang telah kalian gantung tinggi di atas langit.  Belajarlah sungguh-sungguh dan berdoalah.   Pada waktu kalian menyemir sepatu seorang dokter misalnya, berdoalah semoga suatu saat kamu bisa jadi dokter.  Berdoalah agar suatu saat, kamu ngga hanya jadi penyemir sepatu tapi jadi yang punya pabrik sepatu.   Sesungguhnya Allah Maha Mendengar segala doa, jangan mudah berputus asa. Berprasangka baiklah kepada Allah, karena Allah sebagaimana prasangka hambaNya.”

Pada waktu muhasabah, peserta dibimbing untuk mengingat dosa-dosa mereka.  Bersama-sama mereka mengingat pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tua mereka.  Seluruh peserta tak bisa menahan tangis.  Bu Amanah merasa terharu.  Alhamdulillah,  di usianya yang sudah senja ini, ia masih diberi kesempatan untuk bisa melaksanakan solat dengan khusyu, solat yang bisa menggetarkan hatinya. 
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,” terdengar suara instruktur membaca terjemahan Alquran.

Kalau mengingat berpuluh tahun usia yang sudah ia lewati, jutaan takbir yang sudah dilantunkan tanpa penghayatan, ada menyusup rasa sesal di hati Bu Amanah.  Ia kurang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

“Nak, kaum muslimin di zaman keemasan bisa menguasai dunia.  Ilmu Kedokteran, Astronomi, Biologi, Matematika, Kimia dan ilmu lainnya mereka kuasai.  Di jaman itu orang-orang dari berbagai penjuru dunia datang kepada mereka untuk menuntut ilmu,” ucap sang instruktur.

“Sekarang lihat bangsa kita.  Masih ketinggalan dari bangsa lain, padahal Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk nomor empat di dunia.  Negara kita terkadang dilecehkan dianggap sebagai random country, negara ngga jelas, antah berantah, seolah-olah di peta ngga ada negara yang namanya INDONESIA.  Mengapa?  Jangan menyalahkan orang lain.  Mari kita bercermin, mari  introspeksi.”  

“Musuh kita adalah kebodohan, kemiskinan, kemalasan.  Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu mau mengubah nasibnya sendiri.  Kalian bisa merubah nasib kalian.  Bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar, asalkan kita berusaha dan berdoa sungguh-sungguh.”

“Dulu, kaum muslimin tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bangsa Persia dan Romawi yang super power pada waktu itu.  Namun dengan kerja keras yang selalu dilandaskan kepada perintahNya, maka pertolongan Allah datang.  Persia dan sebagian Romawi bisa ditaklukkan.  Kaum muslimin pada waktu itu bagaikan mutiara yang berkilauan di padang pasir.”

***

Cuplikan di atas diambil dari bab "Mutiara Yang Berkilauan," dapatkan cerita selengkapnya. Bisa pesan di www.dapurbuku.com . Harga hanya 35 ribu rupiah ditambah ongkos kirim. Sebagian keuntungan untuk membiayai sekolah anak-anak dhuafa. Semoga novel motivasi yang terinspirasi oleh kisah nyata ini dapat bermanfaat bagi orang banyak dan dapat menjadi amal jariyah. Amiin.


13 komentar:

  1. Novel yg sangat inspiratif.
    Ga bakal rugi deh...buruan beli.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah. Terima kasih. Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  3. Subhanallah bu, isi bukunya sangat baguss sekali !!!
    banyak sekali pelajaran yg bisa saya ambil dari dalam cerita buku itu,,

    tetap semangat ya bu,, !!!

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah. Terima kasih ya. doakan agar novel ini bias bermanfaat untuk orang banyak . Aamiin

    BalasHapus
  5. terima kasih bu sudah memberikan komentar di blog saya, dan sekarang sudah mengganti nama menjadi terapi-menulis.blogspot.com. Terkait dengan pertanyaan ibu, saya sarankan coba ibu kunjungi www.kutubuku.com, dan lakukan penawaran untuk bisa diterbitkan melalui self publishing. Yang penting orang kenal dengan karya ibu dahulu. Nanti juga, kalau selanjutnya ibu meembuat buku kembali, insya allah akan dicari orang.

    Memang benar saya wartawan buku dahulu selama dua tahun, selain menulis saya juga sekarang wirausaha online. Mungkin ibu bisa lihat blog saya kedua www.twitsukses.blogspot.com

    BalasHapus
  6. ibu bisa kirimkan juga bukunya ke alamat saya. Jalan Kerinci II RT 10 Taba Jemekeh (Belakang Mesjid Al-Ikhlas) Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, biar saya membuat resensinya

    BalasHapus
  7. maaf baru balas, sudah beberapa hari ngga buka blog. Buku saya sudah self published. Rencananya bulan desember masuk toko buku. Insya Allah senin saya kirim buku saya ke alamat bapak. Resensi bisa dikirim ke Republika atau koran lain ngga? Terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
  8. Diet,
    Novel ini sudah aku serahkan langsung kepada pak Dahlan Iskan saat bertemu beliau Sabtu kemarin di Banyuwangi. Waktu itu ada panen perdana tanaman sorghum. Pak Dahlan tampak sangat apresiatif thd hadiah ini, apalagi setelah aku sampaikan bahwa cerita ini berkisar kehidupan anak2 di gerbong KA yang nota bene adalah BUMN di bawah komandonya.

    BalasHapus
  9. Terima kasih ayah .... Semoga bermanfaat..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sst...kata temanku pak Yudi, novel ini langsung dibaca oleh pak Dahlan di dalam helkopter dlm perjalanan kembali ke Surabaya dari Banyuwangi. Semoga bermanfaat, ya....

      Hapus
  10. Alhamdulillah. Semoga dibaca sampai selesai dan bermanfaat. Ma kasih ya

    BalasHapus
  11. saya mau pesan bukunya. tp gimana caranya ya?

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah novel yg ibu bikin sangat bagus dan banyak hal positif yg bisa saya ambil Bu, sukses untuk novel GERBONG KEHIDUPAN, amin

    BalasHapus